Batulicin – Dalam berbagai sektor kehidupan, SatuJiwa berfungsi sebagai fondasi penguatan sosial yang dapat mengatasi permasalahan masyarakat. Dengan demikian, inisiatif ini tidak hanya relevan secara kemanusiaan, tetapi juga strategis dalam pembangunan sosial-ekonomi bangsa.
Pelda Indro Turseno, anggota Babinsa Koramil 1022-05/Karang Bintang, berperan penting dalam pendirian SatuJiwa di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Inisiatif muncul sebagai respons terhadap keluhan masyarakat akibat pandemi Covid-19, di mana banyak warga tidak menerima Bantuan Tunai Langsung (BLT).
Melalui diskusi dan persetujuan dari Komandan Kodim 1022 Tanah Bumbu pada saat itu, Letkol Czi Bintarto Yulianto, posko SatuJiwa didirikan sebagai tempat pertemuan dan koordinasi bantuan.
“Pendirian SatuJiwa berawal dari situasi sulit di Desa Sarigadung, yang sejak itu mengalami pemekaran menjadi Desa Kupang Berkah Jaya. Kondisi pandemi memicu kebutuhan akan dukungan sosial yang lebih terstruktur untuk membantu masyarakat yang terpuruk. Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi mereka yang membutuhkan bantuan langsung atau edukasi tentang kepedulian sosial,” ungkapnya, Jumat (20/09/2024).
Seiring waktu, SatuJiwa berkembang bukan hanya di satu desa, tetapi juga meluas ke desa lain dan bahkan luar kabupaten. Komunitas seperti Kotabaru dan Pelaihari, Kaltim, Jatim menjadi bagian dari gerakan ini, menunjukkan dampak meluas yang dihasilkan. SatuJiwa tidak hanya memberikan bantuan tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk aktif partisipasi dalam membangun solidaritas sosial.
Indro menilai, dampak positif dari SatuJiwa terlihat jelas melalui peningkatan solidaritas antar warga. Banyak individu dari berbagai latar belakang, merasakan manfaat dari inisiatif ini. Dalam rentang waktu empat tahun, memasuki lima tahun, ribuan orang telah mendapatkan bantuan yang menunjukkan luasnya pengaruh positif dari SatuJiwa dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kolaborasi antara individu, komunitas, dan pemerintah sangat penting dalam mendukung gerakan SatuJiwa. Individu diharapkan berkontribusi melalui tindakan nyata, sementara komunitas berfungsi sebagai penggerak. Pemerintah juga berperan dengan memberikan dukungan kebijakan yang memfasilitasi program-program peduli sosial.
Teranyar, posko SatuJiwa merilis sebuah lagu yang oleh Pelda Indro Turseno sebagai pencipta, lagu diberi judul “Bersinar Dalam Kegelapan”.
“Lagu Posko SatuJiwa merupakan sebuah pencapaian yang sangat panjang, lahir dari perjalanan perjuangan panjang, dedikasi tanpa pamrih, serta cita-cita luhur dan ikhlas,” bebernya.
Indro menjelaskan, kegiatan sosial posko SatuJiwa sebuah gerakan kecil untuk hasil gerakan besar demi kemanusian.
Adapun beberapa lagu yang telah tercipta dan menjadi representasi dari SatuJiwa ini antara lain: “Satu Jiwa Beriman,” “Posko Satujiwa,” “Sang Presiden Satujiwa,” “Sang Jenderal Satujiwa,” “Rumah Qur’an Satujiwa,” dan “Pak Narno Sang Presiden”.
Setiap lagu memiliki makna yang dalam, menyampaikan pesan moral serta spiritual yang tak hanya relevan dengan program-program SatuJiwa, namun juga memberikan inspirasi bagi semua orang yang mendengarkannya.
Lagu-lagu ini bukanlah sekadar komposisi musik biasa. Mereka lahir dari kolaborasi antara Kreator dan Imam Januar. Dua sosok yang memahami betul bagaimana seni dapat menjadi alat yang kuat untuk menggerakkan hati dan menyebarkan kebaikan.
“Satu Jiwa Beriman” diciptakan untuk menyatukan setiap insan dalam satu misi besar, membangun kebaikan dan memperkokoh keimanan.
“Makna dibalik terciptanya lagu-lagu ini adalah untuk menyampaikan kepada dunia bahwa Posko SatuJiwa hadir bukan hanya sebagai wadah sosial, tetapi juga sebagai pusat gerakan spiritual yang membawa misi kebaikan untuk seluruh umat. Musik dipilih sebagai medium untuk menyebarkan pesan ini, karena dengan musik, pesan dapat lebih mudah dipahami, diresapi, dan dirasakan oleh berbagai kalangan,” tutupnya.